Masa COVID-19 Belum Habis, Inggris Ciptakan Vaksin Omicron

Masa COVID-19 Belum Habis, Inggris Ciptakan Vaksin Omicron – Dunia sempat terguncang dengan adanya wabah COVID-19 yang bermula dari China. Memasuki era New Normal, Inggris benar – benar tidak mendapatkan perlindungan paling aman untuk meretas wabah penyakit tersebut. Sebab beberapa warga sekitar dan angka yang diluncurkan negara lain kian hari semakin meningkat.

Diketahui bahwa Inggris menjadi negara pertama yang mampu menciptakan dan meresmikan vaksin COVID-19 jenis Omicron terhitung sejak Senin (150822) waktu setempat.
Lembaga Peredaran Obat – Obatan di Inggris, Moderna melakukan serangkaian uji coba hingga berhasil vaksin buatan yang mampu meretas varian BA.1 Omicron.

Lebih lanjut, The Medicines and Healthcare Regulatory Agency (MHRA) baru saja mengijinkan peluncuran vaksin jenis “Bivalent” yang diyakini ampuh untuk meretas penyebaran Omicron. Selebihnya vaksin tersebut akan dipraktikkan terhadap kalangan yang berusia lebih dari 50 tahun.

Sebelumnya, mereka merancang dosis vaksin yang telah diluncurkan kali pertama pada 2020. Sementara itu proses perilisan vaksin jenis BA.1 diterbitkan pada November tahun lalu. Akan tetapi dosis tersebut dinilai kurang kuat dan harus mengalami perubahan untuk memberikan hasil maksimal.

Direktur Eksekutif MHRA Dr. June Raine menuturkan kalau pembaharuan vaksin tersebut bisa menjadikan tubuh semakin terlindung dari ancaman COVID-19.

“Ini merupakan vaksin terbaru yang sangat ampuh sebagai bahan pelindung diri terhadap serangan virus corona. Sebab revolusi penyakit tersebut kian hari tidak menentu,” ungkap Raine.

Lakukan Serangkaian Tes Lab

Di samping itu, Menteri Kesehatan Inggris, Steve Barclay angkat bicara mengenai penyebaran virus corona yang semakin marak di berbagai negara. Padahal sudah seharusnya 2 tahun belakangan ini dunia harus terhindar dari wabah tak wajar dan berpotensi mematikan.

Menurutnya, MHRA sangat wajib melakukan serangkaian tes laboratorium untuk mengantisipasi ancaman baru yang tersebar di berbagai negara. Karena selama ini tingkat kepadatan wabah tersebut tidak terkendali. Hal tersebut merupakan program terbaik yang layak dilakukan lantaran Inggris Raya sempat menjadi kasus penyebaran terbesar Eropa tahun lalu.

“Kami pun sangat yakin vaksin jenis ini bisa meningkatkan perlindungan dan memperluas kekebalan terhadap segala ancaman COVID-19 dalam varian apa pun,” ucap Barclay.

“Proses pendekatan semacam itu terlihat sangat bagus dalam melindungi diri dari segala jenis penyakit. Tak hanya corona, melainkan flu atau penyakit lainnya. Dipercaya vaksin tersebut bisa mengebalkan kesehatan tubuh jika disuntikkan minimal 2 kali,” tambahnya.

Petinggi Moderna, Stephane Bancel menyatakan kalau vaksin tersebut merupakan yang pertama dalam upaya melawan virus jenis Omicron. Terlebih booster tersebut sangat berperan penting untuk mengantisipasi penularan dengan cepat dan mampu melindungi segenap masyarakat sekitar. Apalagi beberapa bulan lagi Inggris akan menghadapi musim dingin yang cukup panjang.

Direktur vaksin di School of Hygiene and Tropical Medicine, London, Beate Kampmann menilai kalau vaksin tersebut tidak terlalu menjamin peretasan atas penularan varian Omicron. Sebab upaya tersebut hanya berkaca pada beberapa varian virus corona di tahun – tahun sebelumnya.
“Kami tidak bisa memastikan keampuhan vaksin tersebut. Tapi mereka telah melakukan yang terbaik dan berupaya untuk melenyapkan angka tersebut,” ujar Kampmann.

“Tapi kita lihat saja nanti apakah banyak terjadi perbedaan setelah peluncuran kombinasi BA.1. Jika memungkinkan, hal tersebut akan memicu para pakar kesehatan lainnya untuk meningkatkan dan menggandakan vaksin yang sama,” katanya.

Ijin Peluncuran Kombinasi Vaksin Moderna

Upaya Moderna dalam meluncurkan vaksin jenis BA.1 menarik perhatian Therapeutic Goods Administration (TGA) di Australia. Badan tersebut dilaporkan telah mengijinkan peluncuran kombinasi vaksin tersebut bersifat sementara.

Hal ini berarti bahwa Moderna hanya memiliki beberapa bulan untuk mengoperasikan keterlibatan vaksin tersebut di wilayah Australia. Lebih lanjut, TGA tidak terlalu memberikan jaminan secara penuh bahwa mereka akan mendapatkan kontrak berlanjut sekalipun memiliki ijin secara operasi secara resmi.

Beberapa waktu lalu, Menteri Kesehatan Jerman, Karl Lauterbach menerangkan kalau Lembaga Pengatur Obat – Obatan di Eropa akan melakukan status peresmian yang sama terhitung bulan September mendatang.

Seperti yang diumumkan Food and Drug Administration (FDA), Amerika Serikat. Mereka meminta agar para pencipta vaksin jenis BA.1 Omicron juga mampu menyediakan perlindungan pada saat musim gugur tiba. Sepertinya mereka harus berupaya untuk meluncurkan jenis BA.4 dan BA.5 berdasarkan tingkatan perlindungan terhadap masing – masing ancaman virus.

Lalu FDA menerangkan bahwasanya peluncuran vaksin tersebut hanya diberlakukan terhadap barisan orang dewasa. Akan tetapi semua pihak yang berpotensi terdampak subvarian terbaru. Kabarnya kalangan anak – anak juga layak untuk dilakukan vaksinasi berkala.

Berdasarkan keterangan World Health Organization (WHO), tingginya angka COVID-19 global saat ini berawal dari Omicron jenis BA.5 dengan bukti nyata sekitar 65 % kasus.

Masa COVID-19 Belum Habis, Inggris Ciptakan Vaksin Omicron

Update Angka Kenaikan COVID-19 Secara Global

Tak kan pernah menyangka bahwa kasus penyebaran COVID-19 secara global saat ini boleh dibilang mengalami puncaknya. Seperti yang diterangkan Worldometers, Senin (050822) waktu setempat, jumlah penyebaran virus corona mencapai angka 595 juta jiwa. Namun berdasarkan data terbaru, angka tersebut bertambah sekitar 490,5 ribu jiwa. Namun angka yang paling mencengangkan yakni Jepang dengan melaporkan 166 ribu kasus.

Dari sekian juta kasus yang berdampak pada beberapa negara besar, sampai detik ini saja total 599 juta jiwa dalam tahap penyembuhan. Di sisi lain, angka kematian yang terjadi sebanyak 6,4 juta jiwa. Namun sehari sebelumnya telah terjadi penambahan angka menjadi 860 jiwa.

Sampai pada hari ini, kasus penyebaran COVID-19 tersebut masih berada pada angka 20,4 juta jiwa. Dan hal itu akan berpotensi naik apabila penyuluhan vaksinasi tidak segera diluncurkan secara merata.